Lebih dari sekedar tekstil biasa

COFO adalah tentang menghidupkan kembali warisan Indonesia yang terlupakan, Kain Koffo atau Kain Koffo. Terinspirasi oleh keindahan magis tempat asalnya, surga yang belum terjamah di Sulawesi Utara, Pulau Sangihe, misi kami adalah membawa harta tersembunyi ini keluar untuk dinikmati dunia.

SEJARAH

'KOFFO'

Kata Koffo sama dengan hote dalam bahasa sehari-hari Sangihe,

yang merupakan salah satu spesies pisang yang tumbuh melimpah di pulau Sangihe selama berabad-abad.

Pisang Hote adalah tanaman penting dalam kehidupan suku Sangihe, digunakan sebagai bahan dasar untuk kain serta salah satu komponen untuk rumah tradisional di wilayah tersebut.

Menjelang akhir 1800, kolonial Belanda melarang dan memerintahkan untuk menghancurkan perkebunan pisang untuk digantikan oleh kopi dan kapas. Meskipun keadaan yang tidak menguntungkan, pisang yang hote selamat dan tetap ditanam oleh orang-orang Sangihe karena itu tidak tergantikan sebagai bahan untuk kain.

Tenun Koffo

Kain Koffo terakhir dipresentasikan pada tahun 1927 oleh Kerajaan Tabukan di Istana Sultan Surakarta dan menerima sebuah Erediploma dari Belanda Kolonial. Entah bagaimana, kemudian perlahan lenyap. Pada tahun 1979, kain Koffo terakhir disajikan di Yogyakarta oleh Ibu Makatengkeng Rodingan.

Koffo Textile telah secara resmi dinyatakan sebagai warisan non-materi yang akan diawetkan dan dilindungi, di antara 33 tekstil tradisional Indonesia oleh Kementerian Pendidikan & Kebudayaan pada tahun 2017.

Motif kain Koffo diadaptasi dari alam dengan filosofi yang terkait dengan budaya di Sangihe, berawal dari zaman primitif hingga tahun 1900. Kain Koffo dengan motif umumnya dipakai oleh para elit.

 

Suku Sangihe mengenali pewarnaan kain seperti ungu, merah, dan coklat.

Warna ungu dan coklat diambil dari akar dan tangkai Mengkudu dan Mangroove, berwarna kuning dari Kunyit, hijau dari daun dan merah dari keadaan Kesumba, sepatunya pisang bertahan dan tetap ditanam oleh masyarakat Sangihe karena bahannya tidak tergantikan.

Proses peralihan batang pisang yang halus dan panjang menjadi serat pisang lembut yang berwarna-warni, diikuti dengan teknik pewarnaan dan tenun tradisional yang tidak terburu-buru, untuk menghasilkan tekstur megah dan desain historis yang bermakna, siap dipakai, inilah yang membuat Koffo sangat berharga. harta menurut definisi

 

COFO

COFO berusaha untuk melestarikan dan menghidupkan kembali warisan Sangihe Talaud yang membanggakan ini dengan membuatnya relevan dengan kehidupan modern.

Dikombinasikan dengan bahan katun dan bahan modern lainnya, kami telah memodifikasi kain Koffo dan menerapkannya pada gaya busana perkotaan melalui berbagai teknik seperti sablon yang dijahit, kembung dan timbul, dan pemotongan laser, sambil mempertahankan karakteristik serat pisang yang tahan lama dan kuat.

 

Tidak hanya unik dalam sejarah keberadaannya, motif tenun Sangihe Talaud juga memiliki filosofi hidup.

Berdasarkan geometri, sosok kunci Kakunsi, yang dianggap sebagai kesenian paling primitif dari suku tertua di Indonesia, muncul dalam variasi yang berbeda dengan motif dasar yang masih bisa dikenali di semua. Motif Kakunsi dapat ditelusuri kembali ke motif rumah di Sangihe Talaud, yang mewakili rasa hormat, kehormatan, kemapanan, kesuksesan, dan jiwa pelindung rakyatnya.

COFO berharap untuk memeriahkan nilai-nilai yang luar biasa dan mendalam ini di setiap kain Koffo yang diproduksi dan berbagi kekayaannya dengan bagian dunia lainnya dalam sebanyak mungkin cara.

 

Terhubung Dengan Kami

@CofoIndonesia
CofoIndonesia
@CofoIndonesia
infocofo@gmail.com